Jakarta – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkapkan, pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur menyerap puluhan ribu tenaga kerja.
Menurut Tony, ketika smelter tembaga baru ini beroperasi secara penuh, tenaga kerja yang akan terserap setidaknya sekitar 1.500 orang. Sementara pada masa konstruksi, proyek smelter ini secara kumulatif bakal menyerap tenaga kerja hingga 40 ribu orang.
Kabarnya, smelter ini akan menjadi smelter tembaga single line terbesar di dunia dengan kapasitas mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
“Dalam proses konstruksi angka tenaga kerja kumulatif dibutuhkan 40 ribu orang. Operasional 1.500 orang,” kata dia.
Hal itu disampaikan dalam acara Economic Outlook 2023 CNBC Indonesia dengan tema “Menjaga Momentum Ekonomi di Tengah Ketidakpastian” di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa 28 Februari 2023.
Dia juga menyebut, adanya proyek smelter ini juga akan menciptakan efek berganda (multiplier effect) yang cukup besar yakni hingga 6-7 kali lipat bagi perekonomian dalam negeri.
Bukan hanya terbatas pada ekosistem baterai kendaraan listrik, namun juga produk yang menggunakan tembaga sebagai bahan dasar, seperti kabel atau industri lainnya.
“Ini banyak dipergunakan oleh banyak sekali industri, jadi yang terpenting, bagian dari ekosistem ev battery, dan kedua menyiapkan bahan baku industri hilir lanjutan lainnya,” kata dia.
Sebelumnya, Tony beralasan pemilihan lokasi pembangunan smelter di Gresik antara lain mempertimbangkan faktor tenaga kerja. Mengingat, di Gresik terdapat smelter yang beroperasi terlebih dulu, sehingga lebih mudah mendapatkan tenaga kerja.
Perlu diketahui, pabrik tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur, ini dibangun dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun dan menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahunnya.
Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100-150 ton perak per tahun. Hingga akhir Januari 2023 lalu progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian tembaga ini sudah mencapai 55%.
Pihaknya menargetkan akhir tahun ini proses konstruksi tuntas dan bisa dilanjutkan dengan uji coba operasi (commissioning). Perusahaan menargetkan Mei 2024 smelter baru ini bisa beroperasi komersial.
Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$) sampai akhir 2022 lalu, dari total biaya yang akan dikeluarkan sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun. []