PASAR Petisah cukup terkenal di kota Medan, Sumatera Utara. Namanya diambil dari nama Kecamatan Petisah yang letaknya berbatasan dengan Helvetia , Sunggal dan kecamatan Medan Baru.
Pasar ini cocok buat anda yang ingin berburu pakaian jadi, sembilan bahan pokok, buah, sayuran dan kuliner di sepanjang area parkir.
Kepiwaian dalam hal tawar menawar sangat diuji di sini. Harga pakaian jadi yang dibandrol dengan harga selangit, akhirnya dapat ditebus dengan separuh harga yang ditawarkan semula.
Setelah lelah berbelanja di tengah siang yang cerah, saya menyambangi salah satu warung yang terletak di sisi sebelah barat pintu masuk Petisah Baru.
Aneka kuliner yang disajikan terbuka seperti mie pecel, sate kerang, sate telur puyuh, sate jengkol, getuk lindri, risol, dan lain sebagainya.
Sate kerangnya memang enak, terbuat dari kerang kulit pilihan dengan bumbu kalio mampu membuat lidah ini bergoyang.
Bu Upik si pemilik warung, tak sungkan juga bercerita panjang lebar tentang ihwal ia berjualan di pasar Petisah. Keberadaannya di pasar ini sudah 7 tahun dengan ditemani seorang asisten.
Warung Pecal Bu Upik buka dari pukul 10.00-17.00 WIB. Tak heran jika para pelanggannya menikmati gurih pedasnya sate kerang dengan mie pecal buatannya.
Selain itu ada juga yang menarik, kue getuk lindri yang berbahan dasar singkong rebus yang diulek kemudian diuleni dengan gula merah dan vanili ini ternyata disajikan dengan siraman kuah kacang seperti layaknya kuah siomay.
Jadi perpaduan cita rasa manis dan pedas berbaur menjadi satu. Padahal kue getuk ini lazim dikonsumsi dengan taburan kelapa parut di atasnya. Manis seperti khasnya jajanan pasar lainnya.
Pasar Petisah berlokasi di Jln. Kota Baru No: 3, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan 20111.
Lokasinya yang berada di tengah kota memudahkan akses para pelancong untuk bertandang ke pasar ini. Nuansa pasar yang telah tertata rapi ini juga dipenuhi dengan nuansa pasar yang tampak multikultural.
Para penjualnya berasal dari beragam suku bangsa seperti Aceh, Batak, Jawa, Melayu, Padang, Tamil-India dan Cina.
“Mampir kak?” Bu Upik asal Padang ini dengan ramah ini menyapa warga yang lalu-lalang didepan usahanya itu.
Jika melintasi toko pakaian, mereka menegur sembari tersenyum manis seperti ini, “Cari apa, Kak? Gamisnya, jilbabnya?” ujar mereka serasa pernah kenal.
Keramahan inilah yang sangat membekas di hati para pelanggan untuk tetap menjejakkan kaki kemari jika berada di Medan. []
(Penulis | Evi Syam/Ibu rumah tangga/penulis buku)